Gelombang
Gelombang Pengungsian: Warga Israel Kabur Kini Ke Luar Negeri

Gelombang Pengungsian: Warga Israel Kabur Kini Ke Luar Negeri

Gelombang Pengungsian: Warga Israel Kabur Kini Ke Luar Negeri

Facebook Twitter WhatsApp Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email Print
Gelombang
Gelombang Pengungsian: Warga Israel Kabur Kini Ke Luar Negeri

Gelombang Kabur Ke Luar Negri Oleh Warga Israel Kini Meningkat, Akibat Serangan Rudal Dari Iran Banyak Warganya Mengungsi Ke Eropa. Ketegangan di Timur Tengah mencapai titik nadirnya setelah Iran melancarkan serangan balasan besar-besaran terhadap Israel. Rudal balistik, drone kamikaze, dan misil jarak jauh menghujani wilayah-wilayah strategis Israel, menciptakan kepanikan luas. Di tengah lonjakan ketakutan, warga sipil Israel dalam jumlah signifikan mulai meninggalkan negara mereka, menandai salah satu gelombang pengungsian modern terbesar yang terjadi dalam konteks konflik Timur Tengah pasca 2020.

Fenomena ini bukan hanya soal evakuasi sementara, melainkan sebuah eksodus nyata. Ratusan warga Israel terlihat memadati bandara Ben Gurion dalam beberapa hari terakhir. Mereka membawa koper besar, anak-anak kecil, dan wajah-wajah letih. Tujuannya bukan hanya kota-kota di Israel bagian utara yang lebih tenang, tapi negara-negara Eropa seperti Slovakia, Republik Ceko, Polandia, dan bahkan sebagian menuju Asia Tenggara untuk mencari perlindungan jangka panjang Gelombang.

Pemerintah Slovakia dan Republik Ceko telah mengonfirmasi kedatangan penerbangan khusus yang mengangkut puluhan warga Israel dan ekspatriat dari zona konflik. Polandia pun telah menyiapkan dua pesawat militer untuk membantu hampir 200 warganya dan warga Israel melarikan diri ke luar negeri. Sementara itu, Israel juga mencatat sekitar 38.000 turis asing yang kini terjebak dan harus dievakuasi dari negara tersebut.

Di kota Tel Aviv, suasana yang biasanya riuh kini berubah menjadi sepi dan tegang. Warga hidup dalam siaga 24 jam, sering berpindah dari ruang tamu ke ruang perlindungan bawah tanah dalam hitungan detik Gelombang.

Beginilah Rasanya Tidur Dengan Dentuman Rudal Dan Sirene

Fenomena pengungsian massal warga Israel ke luar negeri menyusul serangan balasan Iran telah memicu gelombang reaksi di media sosial global. Dari Twitter hingga Instagram, dari forum diskusi Reddit hingga grup-grup Telegram, netizen dunia memberikan tanggapan yang beragam – mulai dari simpati kemanusiaan hingga kritik politik yang tajam.

Sebagian besar warganet menyuarakan empati terhadap penderitaan warga sipil Israel. “Tak peduli latar belakangnya, tak ada satu anak pun yang pantas hidup dalam ketakutan,” tulis akun @HumanRightsAlert dari London. Banyak komentar serupa bermunculan dari pengguna di Eropa dan Asia yang menekankan pentingnya memisahkan konflik militer dari kehidupan warga sipil. Kalangan ini mendesak PBB untuk memberikan perhatian lebih kepada korban sipil di kedua pihak.

Namun, tak sedikit pula netizen yang menunjukkan sikap kritis terhadap Israel, dengan menyoroti bahwa apa yang kini dialami warga Israel disebut sebagai “cermin” dari penderitaan panjang rakyat Palestina. “Beginilah Rasanya Tidur Dengan Dentuman Rudal Dan Sirene, seperti yang dialami warga Gaza selama bertahun-tahun,” tulis seorang pengguna asal Turki dengan akun @FreePalestine2025, yang mendapatkan ribuan like dan retweet.

Warganet dari negara-negara Arab mayoritas mengekspresikan kemarahan campur kelegaan atas aksi balasan Iran. Mereka menyebutnya sebagai peringatan keras bagi Israel agar menghentikan serangan militer di wilayah pendudukan. Di sisi lain, pengguna dari Amerika Serikat dan Kanada lebih terpecah: sebagian membela Israel sebagai negara sah yang sedang membela diri, sementara lainnya mempertanyakan kebijakan luar negeri AS yang terus mendukung Israel secara militer.

Di Indonesia sendiri, topik ini juga ramai diperbincangkan. Banyak komentar menyoroti ketidakadilan konflik ini secara historis.

UNHCR Juga Menyatakan Kesiapannya Untuk Bekerja Sama Dengan Negara-Negara Yang Menerima Gelombang Warga Israel Yang Mengungsi

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi konflik antara Iran dan Israel, terutama menyusul gelombang pengungsian warga sipil Israel ke luar negeri setelah rentetan serangan balasan dari Iran. Melalui berbagai pernyataan resmi, PBB menekankan pentingnya perlindungan terhadap warga sipil di kedua belah pihak, serta mendesak agar semua pihak menahan diri demi mencegah krisis kemanusiaan lebih lanjut.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dalam pidatonya di Markas Besar PBB di New York menegaskan bahwa konflik yang bereskalasi dengan cepat ini memiliki dampak luas terhadap stabilitas kawasan dan keselamatan warga sipil. “Saya sangat prihatin atas laporan serangan lintas batas dan meningkatnya jumlah warga sipil yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Semua pihak harus mengutamakan keselamatan warga sipil dan menghentikan kekerasan,” ujarnya.

Badan pengungsi PBB UNHCR Juga Menyatakan Kesiapannya Untuk Bekerja Sama Dengan Negara-Negara Yang Menerima Gelombang Warga Israel Yang Mengungsi. Mereka telah berkoordinasi dengan pemerintah Slovakia, Republik Ceko, dan Polandia untuk memantau dan memberikan dukungan kepada pengungsi sipil non-kombatan yang mencari perlindungan di luar negeri. UNHCR menekankan bahwa setiap individu yang terpaksa meninggalkan negaranya akibat konflik bersenjata berhak mendapatkan perlindungan dan perlakuan yang manusiawi, sesuai hukum internasional.

Dewan Hak Asasi Manusia PBB juga mengingatkan bahwa meskipun situasi militer terus berkembang. Semua negara tetap terikat oleh hukum humaniter internasional, khususnya Konvensi Jenewa. Baik Israel maupun Iran diperingatkan agar tidak melibatkan warga sipil sebagai sasaran atau membiarkan mereka menjadi korban dampak tak langsung dari serangan. PBB juga menyerukan dibukanya kembali jalur diplomasi. Guterres menegaskan bahwa satu-satunya jalan keluar dari konflik berkepanjangan ini adalah melalui negosiasi dan penyelesaian damai.

Iran Tidak Memulai Konflik Ini, Kami Merespons Secara Terukur Terhadap Pelanggaran Kedaulatan Kami Yang Dilakukan Oleh Rezim Zionis Di Wilayah Suriah.

Pemerintah Iran akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi terkait gelombang serangan rudal dan drone ke wilayah Israel. Serta reaksi global atas pengungsian massal warga sipil Israel ke luar negeri. Melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani. Iran menegaskan bahwa serangan tersebut merupakan “tindakan balasan sah”. Atas agresi militer Israel sebelumnya terhadap konsulat Iran di Damaskus, Suriah, yang menewaskan sejumlah perwira tinggi Garda Revolusi Iran (IRGC).

Iran Tidak Memulai Konflik Ini, Kami Merespons Secara Terukur Terhadap Pelanggaran Kedaulatan Kami Yang Dilakukan Oleh Rezim Zionis Di Wilayah Suriah. Ujar Kanaani dalam konferensi pers di Teheran. Menurutnya, Iran telah memberi peringatan kepada komunitas internasional dan menyampaikan. Bahwa pihaknya memiliki hak untuk membela diri sesuai dengan Pasal 51 Piagam PBB.

Terkait dampak serangan yang memicu kepanikan warga sipil Israel hingga menyebabkan eksodus ke luar negeri. Iran menyampaikan bahwa target utama mereka adalah fasilitas militer strategis, bukan wilayah sipil. “Kami tidak menargetkan warga sipil. Setiap kerugian sipil yang terjadi adalah akibat langsung dari militerisasi berlebihan yang dilakukan Israel di wilayah permukiman mereka,” tambahnya.

Iran juga menegaskan bahwa pihaknya tidak menginginkan perang besar-besaran, namun siap menghadapi segala bentuk provokasi lanjutan. Pemerintah Iran menuduh Israel dan sekutu-sekutunya, khususnya Amerika Serikat, telah “mengorbankan warga sipil mereka sendiri demi propaganda dan kepentingan politik.”

Sebagai bagian dari klarifikasinya, Iran juga menyatakan bahwa mereka telah menyampaikan peringatan. Tidak langsung melalui saluran diplomatik kepada negara-negara Eropa, termasuk Swiss yang bertindak sebagai penghubung diplomatik antara Teheran dan Washington. Iran menegaskan bahwa jika Israel menghentikan aksi militernya Gelombang.

Share : Facebook Twitter Pinterest LinkedIn Tumblr Telegram Email WhatsApp Print

Artikel Terkait